Sabtu, 25 Agustus 2012

Tetap BEDA!

"Kenapa Tuhan kita berbeda?" tangis mega pecah. Kali ini ia balik badan membelakangi kekasihnya, Gumay.
"Tidak. Tuhan kita tidak beda. ." Suara gumay terdengar sedikit serak.
"Lalu??" mega menyibak air mata dengan punggung jari telunjuknya.
"Lalu apa? Tetap saja, aku tidak akan menerima ide gilamu itu. Itu ide konyol. Jangan nekat, mega!!" ucap gumay.
"hah? Semua akan mudah, gumay! Kita tinggal keluar negeri lalu menikah disana. Kalau perlu kita tinggal disana." Mega terus meyakinkan Gumay untuk nikah lari meskipun kedua orang tua mereka sudah jelas-jelas tidak menyetujui hubungan keduanya.

"Mega, dengar! Ini bukan soal pernikahan. Tapi ini soal keyakinan. Aku gak mau kita nikah tapi keyakinan kita berbeda." Bantah gumay.
Mega hanya diam, seperti kehabisan kata-kata. Kini mata gadis itu sudah tidak basah oleh air mata. Gadis dari anak seorang anggota DPR itu sudah terlanjur jatuh hati pada pria yg ia kenal sejak SMA itu. Dan kini keduanya sedang kuliah di perguruan tinggi swasta di jakarta barat. Sedangkan Gumay, selain kuliah ia aktif menulis di sebuah majalah remaja. dari sanalah Gumay mendapat tambahan uang jajan & untuk membeli buku-buku. Ia sadar kondisi keluarganya yang sederhana.

Sejak awal pacaran, keduanya tahu tentang perbedaan keyakinan diantara mereka. Tapi tak dipedulikan. Sekarang, saat kedua orang tua mereka tahu & tak merestui, dan ketika cinta mereka semakin kuat, kedua pemuda itu, Mega & Gumay menyadari bahwa mereka benar-benar berbeda. Tapi mega nekat akan teteap menikah meski berbeda.

"Sekarang menurutmu apa yang harus kita lakukan?" Mega membuka pembicaraan di tengah riuhnya suara ombak. Langit gelap, hanya beberapa bintang yg mengintip, sedangkan angin terus membelai lembut kedua pemuda itu.

Gumay hanya diam. Tetap diam.
“Sayang…” ucap mega tak sabar menunggu keputusan gumay.
"Kita Putus!" ucap Gumay singkat.
Jantung mega seperti tertekan batu tajam ketika mendengar itu. Riuhnya suara ombak semakin jelas terdengar, hembusan angin seperti menusuk setiap pori di tubuh Mega. Sakit!
"Lebih baik kita putus sekarang" Gumay mengulang ucapannya yg membuat mega seperti tersambar petir. Membuat mega semakin sakit.
Mata mega kembali basah. Isak tangisnya mulai terdengar. Dan kini perasaan bersalah mulai timbul dihati Gumay. Tapi iya yakin keputusan yang ia ambil adalah benar.
"Apa itu jujur dari hatimu? Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi? Hah?" ucap mega sambil menarik-narik kerah baju Gumay.
"Ya, mega. Sekrang aku sadar. Kita benar-benar berbeda. Kecuali..." perkataan gumay terputus.
"Kecuali apa, gumay? Kecuali aku mengikuti agamamu? Itu yang kamu mau?" nada suara mega meninggi.
"tidak. Kecuali kita benar-benar menerima perbedaan kita. Semua selesai. Semua cukup sampai disini."

"Tuhan tidak adil. Kenapa Tuhan harus menciptakan perbedaan. Kenapa kita harus berbeda?" mega tak bisa menerima semua.
"Loh, bukankah hidup itu pilihan? Dan bukankah semua pilihan ada konsekuensinya. Inilah pilihan kita. Inilah pilihan kita yang menamai Tuhan kita dengan berbeda. Meskipun kita sudah tahu bahwa Tuhan itu satu. kita sudah tahu bahwa Tuhan didunia ini satu. Tapi Kita memilih utk memanggil & mendatangi Tuhan kita dengan cara berbeda."

Untuk yg kesekian kalianya, Mega menyibak air matanya dengan punggung jari telunjuknya dan berkata lembut...
"Baik, aku terima keputusanmu, Gumay. Hidup adalah pilihan & setiap pilihan ada konsekuensinya. Aku setuju. Dan ini… inilah konsekuensi atas cinta kita, perpisahan! Karena kita berbeda. Karena kita menamai Tuhan kita dengan beda."
"Betul Mega.. Hiduplah dengan pilihanmu. Dan aku hidup dengan pilihanku. Kita memang berbeda tapi..."
"Kita memang berbeda tapi kita tetap manusia."

 ~tamat~

Karawang,
23 agustus 2012.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar