Senin, 26 November 2012

Twit-Notes #DakwahKita

Tak bermaksud mengintervensi. Hanya bermaksud berjalan beriringan. Agar dakwah kita sejalan. Tak beda arah dan tujuan!

Mungkin kau memiliki pandangan yg berbeda. Karena kita sama-sama keras kepala. Tapi bisakah perbedaan itu menjadikan kita satu?

Kita hanya perlu mengerti dan menerima | Mengerti bukan berarti paham | Menerima bukan berarti bersedia.

Mengerti bahwa kita adalah hamba Allah yg bersaudara | Menerima apapun yg Allah sediakan agar persaudaraan kita semakin erat.

Perbedaan pendapat dalam dakwah itu biasa | Tapi siapkah kita menerima perbedaan itu?

Kita harus belajar mengunci nafsu ego kita masing2 | Kita harus sama-sama berpikir jernih agar sama-sama menerima sesuatu yg baru.

Kita harus membuka hati | Mensinergiskan segala sesuatunya utk kemuliaan | Jangan mengotori dakwah dgn pertengkaran & keributan.

Hanya karena tak sependapat lantas timbul benih bibit kedengkian dalam hati? | Timbul rasa benci pd saudara semuslim? | Renungkan..

Please.. Jalan dakwah adalah kemuliaan | Dakwah adalah Kesucian | Jangan mengotorinya karna ego diri.

Bukankah manusia tempatnya segala salah | Lantas, jgn berharap kesempurnaan darinya | Cukup Allah yg Maha Sempurna & Menyempurnakan.

Kita mungkin pernah berdebat panjang karna sebuah perbedaan | Tapi itu tak membuat kita dengki |

Kita sama-sama tahu bahwa dg adanya perbedaan itulah dunia menjadi berwarna | Dan jalan dakwah ini jelas penuh dg perbedaan.

Kita tak akan rela mengotori kesucian dakwah | Dan kita gak akan mundur dari dakwah ini hanya karena berbeda pendapat.

Jangan pernah mundur & jangan terlintas sedikitpun utk mundur | Karena sesungguhnya kau beruntung menjadi hamba Allah yg terpilih.

Kalau sudah tercebur jangan mundur | Kuatkan tekad | Bisikan pada diri bahwa jalan ini adalah yg terbaik.

Perbedaan akan selalu ada | Yang jadi masalah adalah diri kita yg tdk sllu menerima perbedaan tersebut | Padahal bisa!

Jadilah kita si pengecut | Hanya karna tak menerima pendapat lalu mundur dari Dakwah | Mundur dari berbuat baik.

Rajinlah merefresh Iman | Agar semuanya tetap segar | Rajinlah menata tujuan | Untuk apa dan buat siapa kita hidup?

Baik baiklah dijalan Dakwah ini | Jangan seenak jidat | Semua ada aturan dan tuntunannya.

Jalan ini modalnya ilmu dan kemantapan hati | Jangan goyah | Jangan resah | Apalagi hanya karna perbedaan pendapat | Semangat!

Minta sama Allah utk selalu diistiqomahkan di jalan ini | Minta sama Allah utk sll didekatkan dg org sholeh | Agar diri tak Alpa.

Belajar utk sll berpikir baik pd saudara kita | Karna jalan dakwah ini tdk bisa dilakukan dg pikiran dan hati yg buruk.

Apapun & sekecil apapun yg kita lakukan utk dakwah ini | Semoga smuanya tercatat sbg amal baik | Allah Maha Melihat & Mendengar.

Sumber Twitter @Syafroni_A 


Minggu, 28 Oktober 2012

Bayangan Rindu

Sekarang aku sedang berada disini. Di kotamu. Tapi kamu tak ada. Aku hanya melihat bayang yg tak nyata.


Kau tahu, padatnya ibu kota lebih menekankan kesendirian buat ku. Lebih menekankan kesepian.


Aku sedang berada di antara keasingan yg bising. Biasanya kau hadir, sekadar senyum lantas pergi tanpa pesan.


Kau tahu, menunggu bayangmu hadir lebih menyakitkan dari kenyataan bahwa sebenarnya kau sudah tak ada.

Aku rindu pada kotamu yg dulu. Dibawah bangunan-bangunan beton itu, dulu kita sering menghabiskan waktu bersama hujan. Sekarag kotamu berubah.


Kamar Bernyawa - Jakarta
28 Oktober 2012

Selasa, 16 Oktober 2012

Apa sebenarnya ingin hati?


'Apa yang sebenarnya diingini?'

Ku tanya hati. Berkali-kali ku tanya. Apa sebenarnya yang ia ingini?
Gelar sarjana? Sudah! Tapi nyatanya tak membuat hati puas.

Lepas wisuda, aku menulis seharian. Setiap hari. Tapi tak jua ada kepuasan darinya.

Lantas, Apakah hidup ini sekedar hanya untuk memuaskan keinginan hati? Apakah semuanya harus berhubungan erat dengan hati. Sepertinya ‘iya’

Ah, maaf.. maaf jika kau tak mengerti apa makna tulisan ini.
Baiklah,  Ini semua soal pekerjaan. Ya, tentu saja pekerjaan yang bersangkutan dengan hati. 

Kuceritakan sedikit yaa. Saat kuliah, aku selalu bermimpi mempunyai waktu banyak untuk menulis. Bahkan setiap hari. Tapi kini, saat aku mempunyai waktu luang, aku tetap merasa resah. Walaupun sejujurnya bahagia sekali karena mempunyai waktu untukku leluasa menulis. Untuk terus berkarya.
Tapi…
Ternyata, Ada kegelisahan dalam hati. entah.. aku sendiri tak mengerti. Menulis seharian tidak memberikan kepuasan. Aku mau lebih. hatiku minta lebih.

Aku hampir gila, kawan.
Aku akan gila.
Astaghfirullah..

Aku seperti orang tersesat yang tak tahu mau kemana. Aku bagai kehilangan arah tujuan.
Ya Rabb...


Fisioterapi...
Penulis...

Ah, Kuucap Hamdallah, Karena sepertinya sekarang hati sadar, bahwa menjadi penulis belum cukup untuk menunjang kebutuhan hidup.
Aku harus bekerja! Aku mau bekerja!

Oh ya, Aku jadi teringat perkataan seorang teman. katanya ; “Untuk apa bekerja tapi hati tak menyukai. Hati tak nyaman dengan yang dijalani?"

Tuh.. betul. Setuju. Untuk apa?

Meski sejujurnya Fisioterapi bukanlah profesi yang aku inginkan, tapi rasanya kini hatiku mulai sadar. hatiku mulai luluh. ia kalah. kini ia menerima sepenuhnya profesi ini.


Kawan, percaya atau tidak. saat hati sudah menerima profesi ini, aku langsung di uji. entahlah.. mungkin Allah menyuruhku bersabar. menunggu. atau sedang mencarikan tempat yang paling baik untukku bekerja?
Semoga..

Aku terus berdo'a. aku terus meminta. Allah akan memberikan yang terbaik untukku. 
Fisioterapi Atau Penulis?
Ah, tak masalah. Duda-duanya kupilih. Apapun itu, aku akan bekerja dengan hati. Aku akan bekerja atas nama Illahi..

Allahu Akbar..

****

Jadikanlah Sabar dan Sholat sebagai penolongmu.. Semua hal tidak ada yang tidak dengan campur tangan Allah.
Sempurnakan sholat kita, perkuat kesabaran.


Karawang,
16 Oktober 2012






Minggu, 07 Oktober 2012

Ah, Akhirnya....

Dear, Malam
Ini hari pertama aku setelah diwisuda kemarin tanggal 06 oktober 2012 di Ballroom Pullman Hotel - Central Park. Ada rasa haru, senang dan tentu saja bangga. dan akan lebih bangga lagi jika kemarin ada almarhum abi menyaksikan hari yang bahagia itu. ah, maaf. aku masih terlalu berharap almarhum bisa hadir di acara wisuda, juga pernikahan ku nanti.

Dear, Malam
Tanggal 04 oktober lalu aku melaksanakan sumpah janji profesi bersama 49 calon fisioterapi lainnya. menjadi kebanggaan tersendiri ketika diacara itu aku membacakan puisi untuk kedua orang tua. ya, orang tua. dan terspesial untuknya. disurga! untuk mereka yang telah berjasa atas keberhasilan aku dan teman-teman sampai detik ini. rasa hamdallah selalu terucap, juga do'a tulus kami.


06 oktober 2012,
Aku dan 1040 wisudawan bersama-sama patut berbangga diri karena semua perjuangan kami hari itu membuahkan hasil. kami diwisuda. yeah! senyum dari bibirku tak habis. ah, Allah.. Terimakasih.. Terimakasih..


Dear, Malam
Meski banyak sahabat-sahabat terdekat yang kuharapkan kedatangannya tapi nyatanya mereka tak datang, aku masih tetap bersyukur telah kau pertemukan aku pada mereka. pada sahabat dan sauadara terbaik yang pernah kutemui di dunia ini. Semoga Engkau tetap menjaga persaudaraan ini.

Hhhmm..
Aku sadar dan semakin sadar, waktu semakin dekat, dan bahkan tanpa terasa aku sudah berada pada waktu yang di tunggu. Perpisahan. Ya.
Meski sebenarnya dalam lubuk hati terdalam aku mengaharapkan momen malam perpisahan untukku. tapi.. nyatanya..tak ada!

ah, tak apa. lagi-lagi aku tetap bersyukur. lagi-lagi kata hamdallah terucap.
Mereka sahabat. meraka saudara. aku yakin Kau akan mepertemukanku. mengembalikan tawaku yang dulu.

Terimakasih Allah. Untuk hari kemarin, untuk hari yang lalu, untuk hari ini, juga untuk semua hari yang telah Engkau beri.


Dengan air mata haru juga bahagia,
Karawang,
07 oktober 2012.

Selasa, 02 Oktober 2012

4 tahun

Dear, Malam.
Gak terasa sudah 4 tahun aku berada di kota ini dengan segala kebisingan, kepadatan, kepenatan, kebingungan, dan tentu saja dengan segala perjuangan.

4 tahun lalu, aku masih ingat betul awal aku mendaftarkan diri dikampus dan mengambil jurusan yang tak kukenali jiwanya. tapi sekarang aku sudah benar-benar tahu dan mengerti pilihan profesi yang ku ambil dulu. Juga sudah siap untuk terjun kemasyarakat. bekerja dengan sepenuh hati.



4 tahun lalu, aku ingat saat malam pertama di kamar kos aku termenung sendiri. menyadari bahwa diri kini telah jauh dari rumah dan keluarga. menyadari bahwa diri ini harus berjuang sendiri. itu 4 tahun yang lalu. sekarang aku terharu melihat semua barangku telah kumasukan ke dalam kardus dan siap untuk di bawa pulang. ya, pulang. ke rumah! bukan di sini lagi. kamar kos sederhana. tapi dari sinilah semua itu dimulai. terimakasih telah menemaniku.

Dear, Malam.
Aku tak tahu harus menulis apalagi..
Mungkin kali ini cukup sampai disini. Esok akan kulanjutkan.

:(

Kamis, 20 September 2012

#Janji

Hari ini tanpa sengaja saya nge-tweet tentang #Janji di akun twitter saya (@Syafroni_A) dengan hasthag #Janji. Semuanya berawal dari kekesalan saya kepada salah satu kawan yang dengan begitu mudah mengingkari janji yang sudah disepakati bersama. Tanpa alasan, tanpa kejelasan. Semua mengalir begitu saja. Semuanya menimbulkan kemarahan dan kekesalan saya hingga memuncak. pasalnya ini sudah kali kedua ia berbuat demikian. Sampai akhirnya membuat saya menebak dan bertanya-tanya tentang kondisi yang sedang dialami kawan saya itu. Wallahu'alam. Semoga semuanya baik-baik saja.

Bismillah, Semoga apa yang saya tulis baik dan tak dipengaruhi oleh kekesalan yang menyesakan hati. Insyaallah..

Silahkan simak ;


1. Berjanji adalah hal termudah, tapi menepatinya tak smudah mulut bicara. Perlu konsistensi.

2. Atas landasan dan dasar kesepakatan apapun, menepati janji adalah kewajiban.

3. Ketika janji sudah ditepati, maka akan menjadi tinggi kedudukan kita dan akan meraih kebahagiaan dunia juga akhirat.

4. Tapi ketika tdak bisa menepati janji, maka seseorang tidak akan bisa meraih predikat orang yg baik dan mulia pergaulannya.

5. tdk akan MULIA org yg tdk menepati janji, kecuali jika ia menghiasi dirinya dengan akhlak-2 yg terpuji.

6. Di antara akhlak terpuji yang terdepan adalah menepati janji.

7. Sungguh Al-Qur`an telah memerhatikan permasalahan janji ini dan memberi dorongan serta memerintahkan untuk menepatinya.
gh8. “Dan tepatilah perjanjian dgn Allah apabila kmu brjanji dan jgnlah kmu mmbatalkan smpah-2 itu ssudah mnguhkannya….” (An-Nahl: 91)

9. “Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya.” (Al- Isra`: 34)

10. Itulah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala kpd hamba-Nya yg beriman utk senantiasa menjaga, memelihara, dan melaksanakan janjinya.

11. Mnepati janji merupakan akhlak terpuji yg terdepan. Maka tdk heran jika para rasul menghiasi diri mereka dgn akhlak yg mulia ini.

12. Sesungguhnya orang-2 munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yg paling bawah dari neraka..... (QS. An-Nisaa: 145)

13. ciri2 orng munafik adlh apbila ia berbicara ia brdusta. apbila ia berjanji ia mngingkari. apbila diberi amanah ia berkhianat.

14. Janji bukanlah perkara biasa.  

15. Janji sering muncul sebatas ucapan, yang begitu saja mudah dilupakan, seolah tiada bekas sama sekali.

16. Padahal, kedudukan janji sangat tinggi pertanggungjawabannya di sisi Allah.

17. Orang-orang yang senang mengingkari janji dikategorikan sebagai orang- orang munafik.

18. Orang-orang munafik mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak ada terkandung dalam hatinya.

19. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. (QS. Ali Imran: 167).

20. Hidup manusia tidak pernah luput dari selimut janji.

21. Sejak ruh manusia ditiupkan, manusia telah berjanji kepada Rabb-Nya, kepada Rasul-Nya dan atas konsekuensi dien-nya.

22. Ucapan menuntut sebuah pembuktian. pembuktian atas janji pada diri dan pada semua.

23. Lisan memang menjadi godaan yang berat. Untuk itu jagalah selalu lisan kita.Khususnya terhadap janji.

24. Tdk dipungkiri, hati kecil sndiri sring berontak dgn pengingkaran-pengingkaran yg kita perbuat. Tp entah, manusia lbih suka dgn dalih.

25. Ya, segala macam alasan sering terlontar sebagai bentuk pertahanan dari kekerdilan jiwa yang ringkih.

26. Tak heran bualan-bualan janji akhirnya berkembang menjadi budaya. Budaya buruk yang terpelihara.

27. Lalu, apa yang akan diterima baginya sebagai balasan di akhirat nanti? Dikatakan dalam surat An-Nisaa ayat 145.

28. Ya, Allah lindungilah kami, hamba-Mu ini dari sifat ingkar janji.

29. Semoga kita terpelihara dari sifat-sifat orang munafik, sifat yang suka mengumbar janji tanpa peduli untuk menepati.

Jakarta,
20 September 2012

Sabtu, 15 September 2012

LULUS!


10 September 2012!
Ah, rasanya itu pengen bilang dan teriak sama semua yang ditemui hari itu. rasanya pengen nempelin kertas di jidat yang ada tulisan "gw udah lulus sarjana loooh.."

Bahagianya...
Setelah 4 tahun berjuang, praktek rumah sakit sana-sini, akhirnya perjuangan ini berbuah hasil yang memuaskan. gak sia-sia. gak nunda!

Yaaa.. Walaupun awalnya sempat pesimis dengan kelulusan ini. Pasalnya kala itu ketika awal mengerjakan skripsi, saya ditanya oleh salah seorang dosen "kamu yakin lulus tahun ini?'
dengan sigap dan tanpa berpikir panjang lebar saya jawab "gak, pak"
bodoh! sangat bodoh!
Hanya karna permasalahan hidup yang ada dan cuma karna kehilangan laptop yg berisi skripsi saya langsung menyerah. tampaknya ini bukan mental seorang pemenang. jangan ditiru yaaah kawan!
Tapi Allah Maha Tahu yang terbaik buat hambanya. Allah menyemangati saya dengan cara yang berbeda.
Allah memberikan pertolongan dan bantuan sana-sini sampai akhirnya saya bisa menyelesaikan skripsi ini. Sujud Syukuuuuuuurrr...
Dan karena itu semua sekarang saya sudah sadar. Insyaf! gak mau jadi orang pesimis. Harus Optimis... :)

huh, huh, huh,
Tarik nafas dalam dalam
Hati bertakbir sekencang-kencangnya ketika dinyatakan bahwa saya LULUS! walaupun awalnya sempat dibuat drop sama pembimbing yang mengatakan "Saya pikir kamu lulus tahun depan, soalnya nilai ujian skripsi kamu tidak mencukupi nih, cuma 57."
Dan semua itu cuma tipuan belaka. nyatanya saya lulus kok..

Semua perjuangan ini saya hadiahkan untuk Umi dan keluarga saya tercinta. Terimakasih atas cinta dan kasih kalian.
Walaupun saya sangat sangat merasa sedih karena kebanggaan ini tidak bisa saya persembahkan secara langsung pada Almarhum Abi. tapi sungguh saya meyakini Abi selalu menyaksikan apapun yang terjadi dalam hidup saya sekarang. termasuk kebanggaan ini. kelulusan ini!

Jika saya boleh berandai-andai; Jika beliau masih hidup, saya sangat yakin beliau adalah orang yang paling bangga dengan kelulusan saya.

Allah, jaga dia disisi-Mu. Aamiin...

Terimakasih buat sahabat-sahabat saya (Ichan, Rey & Riza) atas bantuannya dan sudah rela menunggu saya sidang dari pagi sampe malem. Akhirnya kita berempat lulus yaaaah..

Juga terimakasih buat semua yang telah membantu skripsi saya. Love You.. Mmmuach..

Sekarang boleh dong bangga dan pamer nama baru :
Syafroni Agustik Muharom Mihrom, SSt.Ft

Sampai bertemu di wisuda (6 oktober 2012)

Sabtu, 01 September 2012

Jejak Skripsi 'Saya'

"SUDAHKAH ANDA MENULIS SKRIPSI HARI INI?"

Kata-kata itu yang selalu terbayang dimana saja dan saat sedang mengerjakan apa saja. rasanya pingin tenggelam kelaut, atau terbang bebas, atau pergi keluar angkasa ketemu makhluk-makhluk aneh dan berbicara sama mereka "GW MAU BEBAS DARI SKRIPSI!!!"

Ah, tapi bagaimana bisa? Mana mungkin?
Siapapun pasti akan melewati masa ini dalam perjalanan akhir pengukuhan dan kapasitas inteleqtualitas dalam meraih gelar sarjana (S1). lalu apa sih definisi skripsi sendiri?
Skripsi adalah karya ilmiah dalam suatu bidang studi yang ditulis oleh mahasiswa program sarjana (S1) pada akhir studi. Karya ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada suatu program studi dan dapat ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan, atau hasil kajian pustaka.
 
Buat saya Skripsi adalah perjuangan!
Bagaimana tidak, di awal-awal ketika mengerjakan skripsi saja saya sudah mendapatkan pengalaman sedih. sangat sedih :(
Waktu itu, saya sudah menyelesaikan skripsi sampai BAB II. Namun, suatu sore, saat saya baru selesai sholat magrib dimasjid kampus, saya mendapati tas yang berisi laptop dan data skripsi hilang. entah siapa yang mengambil. padahal sudah disimpen ditempat yang cukup aman.
bagaimana lagi.. gak ada yang bisa disalahkan.. ini murni musibah.

Saya sempat marah sama diri saya sendiri. kenapa bisa terulang kehilangan laptop untuk kedua kalinya? Bahkan saya sempat 'ngambek' gak mau mengerjakan skripsi. gak mau makan, gak mau ketemu orang-orang, gak mau mandi (eitz.. yg terakhir emang kebiasaan)
Tapi setelah beberapa hari 'ngegalau' akhirnya semangat mengerjakan skripsi timbul lagi. bahkan semangat yang ada lebih besar dari semangat sebelumnya. dan alhamdulillah, dengan usaha yang sangat keras dan bantuan teman-teman, satu bulan setelah itu proposal skripsi terselesaikan juga dan saya sidang proposal skripsi di bulan juli 2012.



Tapi hidup saya belum tenaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang...
Ada yang selalu membayangi setelah sidang proposal skripsi.
"PENELITIAN! PENELITIAN!"

Sumpah, ini bagian yang paling menyusahkan. sebenarnya sih gampang, tinggal cari sampel trus penelitian deh. tapi... berhubung Skripsi saya cukup rumit, dan sialnya pembimbing minta penelitian saya di panti sosial.*lapkeringet*

Kendala yang sangat berat ketika penelitian adalah tempat penelitian yang cukup jauh. saya tinggal di jakarta barat, dan penelitian di jakarta timur. harus bolak-balik dan dalam keadaan puasa.

Satu bulan penuh dihabiskan untuk penelitian, dengan waktu yang mepet pula. lepas itu harus buru-buru menyelesaikan BAB IV, V dan VI. Semua dikerjakan dengan buru-buru. Tapi lagi-lagi saya mengucap syukur alhamdulillah skripsi saya selesai dan hari ini sudah mendapatkan tanda tangan pembimbing untuk sidang. Ini semua berkat bantuan teman-teman seperjuangan. saya selalu bersyukur mendapatkan sahabat seperti mereka semua. Thank You Allah!

Skripsi benar-benar perjuangan. Lelah, Bete, Bosen, Rasa malas, semua menjadi tantangan besar yang harus dilawan jika skripsi mau cepet selesai.

Kendala-kendala yang saya alami selama skripsi juga begitu besar. berkali-kali nangis. berkali-kali pula marah pada diri sendiri sampai akhirnya menyesal. kenapa menyesal? Karena saya sadar, Karena setiap masalah dan ujian adalah penggugur dosa dan jalan untuk semakin dekat dengan Allah. Jadi, apa yang perlu ditangisi dan disesali?

Lalu kapan sidangnya?
Tunggu...........


Jakarta,
01 September 2012


Sabtu, 25 Agustus 2012

Tetap BEDA!

"Kenapa Tuhan kita berbeda?" tangis mega pecah. Kali ini ia balik badan membelakangi kekasihnya, Gumay.
"Tidak. Tuhan kita tidak beda. ." Suara gumay terdengar sedikit serak.
"Lalu??" mega menyibak air mata dengan punggung jari telunjuknya.
"Lalu apa? Tetap saja, aku tidak akan menerima ide gilamu itu. Itu ide konyol. Jangan nekat, mega!!" ucap gumay.
"hah? Semua akan mudah, gumay! Kita tinggal keluar negeri lalu menikah disana. Kalau perlu kita tinggal disana." Mega terus meyakinkan Gumay untuk nikah lari meskipun kedua orang tua mereka sudah jelas-jelas tidak menyetujui hubungan keduanya.

"Mega, dengar! Ini bukan soal pernikahan. Tapi ini soal keyakinan. Aku gak mau kita nikah tapi keyakinan kita berbeda." Bantah gumay.
Mega hanya diam, seperti kehabisan kata-kata. Kini mata gadis itu sudah tidak basah oleh air mata. Gadis dari anak seorang anggota DPR itu sudah terlanjur jatuh hati pada pria yg ia kenal sejak SMA itu. Dan kini keduanya sedang kuliah di perguruan tinggi swasta di jakarta barat. Sedangkan Gumay, selain kuliah ia aktif menulis di sebuah majalah remaja. dari sanalah Gumay mendapat tambahan uang jajan & untuk membeli buku-buku. Ia sadar kondisi keluarganya yang sederhana.

Sejak awal pacaran, keduanya tahu tentang perbedaan keyakinan diantara mereka. Tapi tak dipedulikan. Sekarang, saat kedua orang tua mereka tahu & tak merestui, dan ketika cinta mereka semakin kuat, kedua pemuda itu, Mega & Gumay menyadari bahwa mereka benar-benar berbeda. Tapi mega nekat akan teteap menikah meski berbeda.

"Sekarang menurutmu apa yang harus kita lakukan?" Mega membuka pembicaraan di tengah riuhnya suara ombak. Langit gelap, hanya beberapa bintang yg mengintip, sedangkan angin terus membelai lembut kedua pemuda itu.

Gumay hanya diam. Tetap diam.
“Sayang…” ucap mega tak sabar menunggu keputusan gumay.
"Kita Putus!" ucap Gumay singkat.
Jantung mega seperti tertekan batu tajam ketika mendengar itu. Riuhnya suara ombak semakin jelas terdengar, hembusan angin seperti menusuk setiap pori di tubuh Mega. Sakit!
"Lebih baik kita putus sekarang" Gumay mengulang ucapannya yg membuat mega seperti tersambar petir. Membuat mega semakin sakit.
Mata mega kembali basah. Isak tangisnya mulai terdengar. Dan kini perasaan bersalah mulai timbul dihati Gumay. Tapi iya yakin keputusan yang ia ambil adalah benar.
"Apa itu jujur dari hatimu? Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi? Hah?" ucap mega sambil menarik-narik kerah baju Gumay.
"Ya, mega. Sekrang aku sadar. Kita benar-benar berbeda. Kecuali..." perkataan gumay terputus.
"Kecuali apa, gumay? Kecuali aku mengikuti agamamu? Itu yang kamu mau?" nada suara mega meninggi.
"tidak. Kecuali kita benar-benar menerima perbedaan kita. Semua selesai. Semua cukup sampai disini."

"Tuhan tidak adil. Kenapa Tuhan harus menciptakan perbedaan. Kenapa kita harus berbeda?" mega tak bisa menerima semua.
"Loh, bukankah hidup itu pilihan? Dan bukankah semua pilihan ada konsekuensinya. Inilah pilihan kita. Inilah pilihan kita yang menamai Tuhan kita dengan berbeda. Meskipun kita sudah tahu bahwa Tuhan itu satu. kita sudah tahu bahwa Tuhan didunia ini satu. Tapi Kita memilih utk memanggil & mendatangi Tuhan kita dengan cara berbeda."

Untuk yg kesekian kalianya, Mega menyibak air matanya dengan punggung jari telunjuknya dan berkata lembut...
"Baik, aku terima keputusanmu, Gumay. Hidup adalah pilihan & setiap pilihan ada konsekuensinya. Aku setuju. Dan ini… inilah konsekuensi atas cinta kita, perpisahan! Karena kita berbeda. Karena kita menamai Tuhan kita dengan beda."
"Betul Mega.. Hiduplah dengan pilihanmu. Dan aku hidup dengan pilihanku. Kita memang berbeda tapi..."
"Kita memang berbeda tapi kita tetap manusia."

 ~tamat~

Karawang,
23 agustus 2012.


RABU (versi 2)

Ini hari rabu. Ya, hari rabu!
Bukan hari yang spesial. Bukan hari ulang tahunku. Ataupun hari ulang tahun pernikahanku dengan Bang Hamidi. Bukan!
Ini  hari rabu. Aku setengah berlari, sesekali meloncat untuk menghindari  tanah yang becek akibat hujan. Nafasku memburu, keningku penuh dengan  butiran keringat, sandal jepitku sempat terlepas beberapa kali, jilbabku  pun mencong sana-sini. Tak sempat aku membetulkannya.
Ini  hari rabu, aku terus berlari. Memasuki gang-gang sempit perkampungan di  pinggir kelapa gading, sambil berharap cepat sampai ke rumahku. Ada  beberapa orang yang mengenalku menyapa tapi tak ku pedulikan.
Ini hari  rabu!
Ketika  ku buka pintu rumahku, ku berharap ada Zizi di sana. Ia menyambutku  dengan senyumnya yang khas. Zizi anakku! Kulitnya hitam manis, senyumnya  indah, giginya putih bersih, matanya kecokelatan, alis matanya sedikit  tipis, rambutnya panjang sebahu. Ada tahi lalat di ujung pipinya. Manis!
Ini  hari rabu. Zizi berjanji akan pulang hari ini. Di senja yang telah ku  tunggu. Hari rabu! Meskipun hari ini sudah rabu ke tujuh, tapi aku terus  berharap anakku akan pulang hari ini. Hari rabu!
Iya,  Zizi. dia berjanji akan pulang hari rabu. Dan setiap hari rabu juga aku  pulang cepat dari pasar dan berharap anakku ada di rumah. tapi ia tidak  ada! Kemana perginya anak semata wayangku itu?
Ku  buka kembali kertas yang sudah kusam. Warnanya sudah kecokelatan. Ini  surat dari Zizi. Ku baca lagi surat ini dengan tangan bergetar, dan  tangiskupun terisak.
“Ibu, Zizi mau pamit. Zizi mau mencari kerja. Ibu tidak usah mencari Zizi. Zizi berjanji akan pulang hari rabu.”
Kata  tetangga, ia pergi dengan memakai kemeja putih dan celana bahan hitam. Zizi sempat pamit dengan tetangga kami. Ia hanya bilang ingin mencari  kerja. Waktu itu hari rabu. Sudah tujuh minggu yang lalu.
Aku tahu keinginan Zizi. Selepas sekolah menengah kejuruan, ia ingin sekali melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah.  “Aku ingin membahagiakan Ibu. Zizi ingin membahagiakan Bapak.  Memberikan kalian hadiah. Kebahagiaan! Zizi ingin menghidupkan hidup  Zizi, Bu” Katanya waktu aku bilang bahwa aku tidak mampu lagi  membiayai pendidikannya. Jangankan untuk melanjutkan kuliah, untuk  makanpun aku sering meminjam pada tetanggaku di pasar.
Ah,  maafkan ibu ini, Nak! Tapi tak perlu lah kau pergi dari rumah.  Meninggalkan Ibu & Bapakmu. Biarlah kita hanya menyantap tempe  goreng sepotong dan dua butir nasi, yang penting kita selalu bersama.  Dan tak ada orang lain yang tahu tentang kondisi keluarga kita. Kemana  dirimu, Nak?
 
*****
Bang  Hamidi baru sampai rumah. Ia baru pulang ngojeg. Wajahnya sedikit  muram. Terlihat sangat lelah. Jaketnya semerawut. Biasanya begini ekspresinya ketika hasil dari ngojeg tak akan memenuhi pengeluaran untuk makan kami besok.
Aku mendekatinya dengan senyum tipis, walau hatiku pun sama semerawutnya. Lalu ku cium punggung tangannya yang legam karena tersorot sinar matahari setiap hari.
“Ingin kopi atau teh saja, Bang?” aku menawarkan pilihan.
“Teh saja.”
Lantas aku beranjak ke dapur yang hanya tersekat bilik dari ruangan ini.
Tok.. tok.. tok.. “Assalamu’alaikum,” suara seorang gadis muda terdengar dari balik pintu kayu rumah kami.
“Wa’alaikumsalam,” aku dan Bang Hamidi menjawab bersamaan.
“Biar aku saja Bang yang buka,” hatiku bergemuruh, harap yang sekian lama ini, akankah ini hari Rabu yang Zizi maksudkan itu?
Aku segera mengantarkan teh ke meja Bang Hamidi, lalu setengah berlari menuju arah pintu. Tak terasa, sudah mengalir anak sungai dari kedua mataku, penglihatanku mengabur seketika.
“Zizi..?!!” aku memeluknya erat, erat sekali. Aku tak mau lagi kehilangannya, putri tersayangku, tercintaku satu-satunya. Hanya kepadanya kucurahkan seluruh kasih sayangku. Dia permataku, harapanku ketika tua nanti aku sudah tak bisa lagi melakukan apapun. Dia berlianku, yang dari do’anya, hanya dari do’anya yang bisa menolongku di akhirat kelak.
“Zizi, jangan pergi lagi, Nak! Jangan..!” aku terus memeluknya, tapi Bang Hamidi tiba-tiba menarikku, mencoba memisahkanku dengan Zizi.
“Bu, jangan  kayak gini, ayo lepas, lepas..!” Bang Hamidi kembali menarikku, kali ini lebih kencang, pelukanku pun terlepas.
Aku sekuat tenaga melepaskan diri dari tangan kekar Bang Hamidi untuk memeluk lagi buah hatiku. Tapi ketikaku berhasil, gadis yang kini lebih kurus dari terakhir kali ku melihatnya itu, malah menghindariku.
Aku perlahan mulai mengatur emosiku, mengkin Zizi takut apabila aku bersikap histeris dan berlebihan seperti ini. Atau bahkan dia menyangka aku sudah gila? Iya, aku hampir gila karena menunggumu yang tak kunjung datang, Nak. Tapi untungnya kau lebih cepat datang kepadaku dari pada penyakit kejiwaan itu.
Aku menyusut air mataku dengan jilbab yang ku kenakan. Perlahan, wajah itu mulai jelas kupandang…
Matanya, hidungnya, bibir, dan air mukanya. Zizi kah ini? Apakah waktu telah sedikit merubah parasmu hingga menjadi semakin cantik seperti ini? Tapi mana tahi lalat di ujung pipi kananmu yang serupa dengan punya ibumu ini? Hilangkah? Kau operasikah agar tak sama lagi dengan ibu? Agar ibu tak mengenalimu?
 
“Aku bukan Zizi, Bu. Aku Ziza, adik Zizi. Aku… mencari Bapak di sini.”
“Bapak? Adik Zizi? Bicara apa kamu, Nak? Kamu anak ibu satu-satunya!”
Kedua mata kami bertemu, kulihat sorot wanita lain di dalamnya. Lalu ku lempar pandanganku ke Bang Hamidi yang wajahnya kini pucat pasi.
Duh, Rabu… inikah hari yang kutunggu-tunggu itu?
 
Penulis : Syafroni / @kang_onii
Di tulis ulang oleh : Riana Yahya
Karya asli cerpen ini bisa dilihat di => http://lembarbernyawa.blogspot.com/2012/08/rabu.html

Kamis, 23 Agustus 2012

Aku mencintaimu karena Allah!

"Aku mencintaimu karena Allah" mata zizi berkaca-kaca ketika mengatakan itu. Sedangkan pria disampingnya hanya diam. Menundukan kepala sambil mengatur nafasnya yang tak beraturan. Nama pria itu afkar!

Afkar & Zizi sudah kenal dekat sejak kecil. Namun berpisah ketika Afkar harus menempuh pendidikan SMA-nya di sebuah pesantren di Serang - Banten. Lepas itu Afkar langsung melanjutkan sarjananya di Universitas Gajah Mada – Jogjakarta mengambil jurusan kehutanan. Sedangkan Zizi mengambil jurusan kedokteran di UI. Dalam waktu yang lama itu Zizi memendam perasaan sayangnya pada Afkar. Rasa sayang yang tak biasa. Bukan sekedar sebagai sahabat dan kakak, tapi Zizi mau lebih.

Zizi tumbuh menjadi wanita yg sholehah. Selalu tampil anggun dengan gamis & jilbabnya yang rapih. Juga, Zizi aktif mengikuti organisasi-organisasi di kampusnya. Khususnya di keagamaan. Panggilan khas dari teman-teman Zizi adalah "Bidadari dunia". Ah, tampak berlebihan memang. Tapi itulah Zizi. Si cantik, pintar, sholehah, baik, suka menolong & selalu tersenyum bagaimanapun keadaannya.

Afkar, tumbuh menjadi pria dewasa yang tangguh. Rela berjuang demi sesuatu yg benar. Dan demi pendidikan sarjananya. Selama di jogjakarta, segala pekerjaan sudah dicipi afkar. Demi membiayahi kehidupannya disana.

Afkar & Zizi. Dua anak kampung asal sumedang itu bukanlah lahir dari keluarga berharta banyak. Bukan! Zizi masuk fakultas kedokteran UI karena kepandaiannya hingga dia dapat beasiswa 100% dari pemerintah sumedang. Begitupun dengan Afkar.

Sekarang, Zizi sudah menjadi dokter. Afkar sudah mendapat gelarnya & sempat bekerja 2 tahun di Kalimantan.

Suatu hari, mata kanan zizi tak berhenti berkedut, "kamu mau nangis kali, Zi" kata ayahnya. Lalu Malam harinya, penyakit ayah zizi kambuh, ketika hendak dibawa kerumah sakit, nafasnya terhenti. Begitu cepat! Dan sejak itu, Zizi menganggap ketika matanya berkedut adalah pertanda bahwa ia akan menangis. Bahwa ia akan kecewa. Ia akan kehilangan.

****  

Langit yang temaram, masih setia menemani kedua pemuda itu yang sedang duduk disebuah saung tak jauh dari jalan raya. Kendaraan terlihat mondari-mandir dan sedikit mengeluarkan suara bising. Tapi kedua pemuda itu asyik dengan kebisuannya. Padahal masing-masing dari mereka tahu bahwa mereka amat rindu.

"Aku mencintaimu karena Allah. Karena dimensi waktu yg ada. Karena nafas." kali ini nada zizi meninggi. Ia tak mau memendam perasaan itu terlalu lama lagi. Baginya tak masalah seorang perempuan terlebih dulu mengatakan cinta kepada seorang pria, toh, kalau memang Afkarpun cinta, pernikahan adalah jalan terbaik. Tak mau ditunda. Zizi menatap ke arah Afkar.

"eeee.. Terimakasih..." Afkar mulai membuka mulutnya saat langit hampir gelap. Sebentar itu Afkar menunda perkataannya. Yang membuat Zizi menunggu dengan perasaan cemas dan nafas yang memburu.

Seketika hening membunuh kembali. Wanita dengan gamis cokelat itu semakin cemas, tangan halusnya memegangi matanya yang mulai... Berkedut!

Wajah afkar menatap kelangit yg semakin gelap. Dan melanjutkan perkataannya. Sedangkan wanita itu...

Kini tidak lagi mencemaskan cintanya pada Afkar, tapi pada kedutan dimatanya, pada ketakutannya!

"Zizi, terimakasih. Semoga Allah mencintaimu, sebab engkau mencintaiku karena-Nya." Kata Afkar lembut.

Zizi semakin menundukan kepalanya. Tak mengerti apa maksud Afkar. Sedangkan pemuda itu justru bangun dari duduknya, "Kita sholat magrib dulu yuuk.." sambil menunjuk sebuah mushola disebrang jalan.

Afkar mulai melangkahkan kakinya menyebrang jalan. Dan zizi pun mulai bangun dari duduk dan berjalan dibelakang Afkar dengan pikiran yang tak karuan & tak konsentrasi. Malah wanita cantik itu tak melihat ada sebuah truk melintas kencang dari arah selatan.

Seketika darah bercucuran deras dikepala zizi, ia tergeletak tak berdaya dibibir jalan. Afkar teriak histeris "Allahu Akbaaaaar!". Dalam waktu yang singkat zizi sudah berada dipangkuan Afkar, "Zi.. Istighfar. Kamu pasti akan selamat. Kamu harus tahan".

Dengan suara yg hampir tak terdengar zizi memaksakan bibirnya untuk bergerak "Kang, Aku mencintaimu karena Allah". "Aku juga cin... cin… cinta kamu, Zi." Suara Afkar sedikit bergetar. Zizi hanya tersenyum dan menutup matanya pelan.

Tangis Afkar pecah. Membuat pilu siapa saja yang mendengarnya. Tapi setidaknya ia lega karena zizi sudah mendapatkan jawaban yang wanita itu inginkan. Meskipun ia tak benar-benar mencintai zizi. Karena zizi sudah ia anggap sebagai adiknya. Sejak dulu.

Ambulan datang, zizi dibawa kerumah sakit. Tanpa nyawa!

****

"Kang, aku mencintaimu karena Allah." | "Aku juga cinta kamu karena Allah, muzdalifah!" Afkar mencium kening istrinya (1 tahun kemudian)

*tamat*

#Itulah cerita sederhana dan tak sempurna. Maklum, nulisnya lewat twitter yang dibatasi oleh 140 karakter :)

Silahkan follow @kang_onii

Karawang,
22 Agustus 2012.