Kamis, 16 Agustus 2012

Bicara Tentang Cinta

Sudah merupakan hal yang lumrah atau bahkan terlalu sering bagi kita untuk mendengarkan kata CINTA, hampir semua kalangan pernah berbicara tentangnya (cinta). mulai dari Pengamen hingga Presiden, dari Pengemis hingga Aktivis, dari Atheis hingga Agamis (tentu dengan konteks yang berbeda-beda satu sama lainnya), seolah-olah dunia ini dibuat bising oleh kata Cinta itu.

Tentu saja bagi sebagian kalangan dapat mengambil celah dari semua itu, sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomii, komoditi (dibaca: cinta) itu sangat menggiurkan, untuk "mengeksploitasi cinta" menjadi pundi-pundi Rupiah. sebut saja mulai dari film, musik, buku, novel, photo, lukisan, games, cerita dan sebagainya yang tidak dapat penulis sebutka semuanya dalam media ini, bahkan cinta pun menjadi sebuah tema besar oleh para fesbooker / pesboker  dalam menulis statusnya.

Lantas apakah kita sudah tahu betul makna dari cinta itu sendiri sehingga kita (setidaknya pembaca :)) begitu mudah melontarkan sebuah kata Cinta ? dan kenapa pula manusia menjadi sering tersakiti oleh Cinta itu sendiri ?

1. untuk menjawab pertnyaan-pertanyaan tersebut, coba kita tinjau dari kata cinta itu sendiri. ditinjau dari dari istilahnya saja, seseorang yang merasakan dahsyatnya, manisnya, indahnya cinta bahwa ia bisa dikatakan sedang "jatuh cinta". jika seseorang itu jatuh disengaja ataupun tidak maka ia akan merasakan sakit. dan itupasti tidak bisa untuk menghindarkan kata jatuh dengan kata sakit ataupun kata yang bermakna sama.

2. alasan lainnya mengapa cinta itu seringkali membuat orang tersakiti adalah Kebanyakan cara pandang dari manusia picik terhadap cinta itu sendiri (Ceramah Ustadz Ismeidas). Kenapa kita bisa bilang bahwa Romeo itu orang yang ganteng, tampan plus rupawan. Begitu juga dengan Juliet kenapa kita bisa yakin bahwa ia sosok wanita yang cantik, menarik, yang dapat membuat Romeo melirik. Begitu pula dengan tokoh-tokoh fiktif mengenai kisah romansa cinta lainnya, seperti Fachry, Maria, dan Aisyah di film ayat-ayat cinta. Atau Isabella Swan dan Edward Cullen di dalam cerita Twilight (heran, setan koq bisa-bisanya ganteng ya??). Di kisah-kisah lama pun seperti tak mau ketinggalan seperti Rahma dan Shinta, Sleeping Beauty, Snow Whites dan lain-lain kesemua tokoh-tokoh utamanya (entah kita yang membayangkan atau narasi ceritanya memang berkata seperti itu) pastilah orang-orang yang mempunyai wajah yang rupawan dan cantik nun jelita. Malah orang-orang yang menjadi musuhnya bisa dibilang memiliki wajah yang agak kurang dibanding tokoh-tokoh utama tersebut. Seakan-akan tidak ada cinta untuk orang-orang yang tidak tampan atau cantik.

3. Alasan ketiga menurut saya adalah bahwa manusia sekali lagi picik/parsial/juz’iyah dalam mengartikan cinta. Karenanya manusia sering menyandingkan cinta dengan istilah yang menurut saya, aneh. Cinta pertama salah satu contohnya. Kebanyakan ketika seseorang ditanya sejak kapan ia mulai merasakan cinta pertama. Kebanyakan mereka selalu menjawab ketika berumur belasan tahun mungkin sekitar 14-18 tahun. Alangkah malang sekali hidup orang-orang ini. Apakah semenjak umur mereka 0 hari sampai dengan usia tersebut, mereka sama sekali belum pernah merasakan cinta?. Padahal semenjak usia 0 hari mereka itu berada di organ dalam perut yang bernama RAHIM (salah satu sifat Allah yang berarti maha penyayang). Apakah benar ia tidak merasakan cinta Tuhannya pada saat itu?. Atau ketika orang tersebut terlahir kedunia, ia pun disambut dengan air mata cinta ibunda dan ayahandanya!!. Sekali lagi, apakah orang itu tidak merasakan cinta kedua orang tuanya ketika peristiwa itu terjadi?.

4. Dan alasan yang keempat adalah manusia sekali lagi picik/parsial/juz’iyah dalam hal mencintai. Manusia makhluk yang (memang) tak sempurna akan tetapi juga terlalu menjadi sempurna (berlebihan) untuk mencintai sesuatu yang tidak sempurna. Dalam Al Qur’an Allah telah berfirman yang artinya “Dijadikan indah pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang tertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan dunia, dan di sisi Allah –lah tempat kembali” (QS 3 : 14).

Pandangan manusia menjadi indah ketika melihat hal-hal seperti itu. Dan ini hanya pandangan bahkan terkadang malah hanya menjadi fatamorgana belaka. Maka wajar saya berpikir bahwa ada salah satu teman saya berkata cinta adalah sebuah penipuan. Karena didalam cinta (masih menurut teman saya) terjadi proses keberpura-puraan untuk menjadi sosok yang terlihat sempurna dihadapan hal-hal yang ia cintai. Manusia menipu dirinya karena cintanya. Padahal Allah –lah tempat kembali. Ini menunjukkan bahwa semua yang sudah disebutkan akan hilang karena ketidak sempurnaannya.

Mencintai hal yang tak sempurna berarti sudah harus siap resiko menerima sakit, kecewa perih, atau kata lain yang bermakna sejenis. Sangat wajar karena memang apa yang dapat kita harapkan dari hal-hal yang tak sempurna?. Toh semua akan kembali ke Yang Maha Sempurna Allah SWT. Sangatlah aneh jika makhluk yang tak sempurna mengharapkan kesempurnaan dari hal-hal yang sama seperti manusia, yaitu ketidaksempurnaan.
wallahu'alam bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar