Sudah merupakan hal yang lumrah atau bahkan terlalu sering bagi kita
untuk mendengarkan kata CINTA, hampir semua kalangan pernah berbicara
tentangnya (cinta). mulai dari Pengamen hingga Presiden, dari Pengemis
hingga Aktivis, dari Atheis hingga Agamis (tentu dengan konteks yang
berbeda-beda satu sama lainnya), seolah-olah dunia ini dibuat bising
oleh kata Cinta itu.
Tentu saja bagi sebagian kalangan dapat mengambil celah dari semua itu,
sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomii, komoditi (dibaca: cinta) itu
sangat menggiurkan, untuk "mengeksploitasi cinta" menjadi pundi-pundi
Rupiah. sebut saja mulai dari film, musik, buku, novel, photo, lukisan,
games, cerita dan sebagainya yang tidak dapat penulis sebutka semuanya
dalam media ini, bahkan cinta pun menjadi sebuah tema besar oleh para
fesbooker / pesboker dalam menulis statusnya.
Lantas apakah kita sudah tahu betul makna dari cinta itu sendiri
sehingga kita (setidaknya pembaca :)) begitu mudah melontarkan sebuah
kata Cinta ? dan kenapa pula manusia menjadi sering tersakiti oleh
Cinta itu sendiri ?
1. untuk menjawab pertnyaan-pertanyaan tersebut, coba
kita tinjau dari kata cinta itu sendiri. ditinjau dari dari istilahnya
saja, seseorang yang merasakan dahsyatnya, manisnya, indahnya cinta
bahwa ia bisa dikatakan sedang "jatuh cinta". jika seseorang itu jatuh
disengaja ataupun tidak maka ia akan merasakan sakit. dan itupasti
tidak bisa untuk menghindarkan kata jatuh dengan kata sakit ataupun
kata yang bermakna sama.
2. alasan lainnya mengapa cinta itu seringkali membuat
orang tersakiti adalah Kebanyakan cara pandang dari manusia picik
terhadap cinta itu sendiri (Ceramah Ustadz Ismeidas). Kenapa kita bisa
bilang bahwa Romeo itu orang yang ganteng, tampan plus rupawan.
Begitu juga dengan Juliet kenapa kita bisa yakin bahwa ia sosok wanita
yang cantik, menarik, yang dapat membuat Romeo melirik. Begitu pula
dengan tokoh-tokoh fiktif mengenai kisah romansa cinta lainnya,
seperti Fachry, Maria, dan Aisyah di film ayat-ayat cinta. Atau
Isabella Swan dan Edward Cullen di dalam cerita Twilight (heran, setan
koq bisa-bisanya ganteng ya??). Di kisah-kisah lama pun seperti tak
mau ketinggalan seperti Rahma dan Shinta, Sleeping Beauty, Snow Whites
dan lain-lain kesemua tokoh-tokoh utamanya (entah kita yang
membayangkan atau narasi ceritanya memang berkata seperti itu)
pastilah orang-orang yang mempunyai wajah yang rupawan dan cantik nun
jelita. Malah orang-orang yang menjadi musuhnya bisa dibilang memiliki
wajah yang agak kurang dibanding tokoh-tokoh utama tersebut.
Seakan-akan tidak ada cinta untuk orang-orang yang tidak tampan atau
cantik.
3. Alasan ketiga menurut saya adalah bahwa manusia
sekali lagi picik/parsial/juz’iyah dalam mengartikan cinta. Karenanya
manusia sering menyandingkan cinta dengan istilah yang menurut saya,
aneh. Cinta pertama salah satu contohnya. Kebanyakan ketika seseorang
ditanya sejak kapan ia mulai merasakan cinta pertama. Kebanyakan
mereka selalu menjawab ketika berumur belasan tahun mungkin sekitar
14-18 tahun. Alangkah malang sekali hidup orang-orang ini. Apakah
semenjak umur mereka 0 hari sampai dengan usia tersebut, mereka sama
sekali belum pernah merasakan cinta?. Padahal semenjak usia 0 hari
mereka itu berada di organ dalam perut yang bernama RAHIM (salah satu
sifat Allah yang berarti maha penyayang). Apakah benar ia tidak
merasakan cinta Tuhannya pada saat itu?. Atau ketika orang tersebut
terlahir kedunia, ia pun disambut dengan air mata cinta ibunda dan
ayahandanya!!. Sekali lagi, apakah orang itu tidak merasakan cinta
kedua orang tuanya ketika peristiwa itu terjadi?.
4. Dan alasan yang keempat adalah manusia sekali lagi
picik/parsial/juz’iyah dalam hal mencintai. Manusia makhluk yang
(memang) tak sempurna akan tetapi juga terlalu menjadi sempurna
(berlebihan) untuk mencintai sesuatu yang tidak sempurna. Dalam Al
Qur’an Allah telah berfirman yang artinya “Dijadikan indah pandangan
manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan,
anak-anak, harta benda yang tertumpuk dalam bentuk emas dan perak,
kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan dunia,
dan di sisi Allah –lah tempat kembali” (QS 3 : 14).
Pandangan manusia menjadi indah ketika melihat hal-hal seperti itu.
Dan ini hanya pandangan bahkan terkadang malah hanya menjadi
fatamorgana belaka. Maka wajar saya berpikir bahwa ada salah satu
teman saya berkata cinta adalah sebuah penipuan. Karena didalam cinta
(masih menurut teman saya) terjadi proses keberpura-puraan untuk
menjadi sosok yang terlihat sempurna dihadapan hal-hal yang ia cintai.
Manusia menipu dirinya karena cintanya. Padahal Allah –lah tempat
kembali. Ini menunjukkan bahwa semua yang sudah disebutkan akan hilang
karena ketidak sempurnaannya.
Mencintai hal yang tak sempurna berarti sudah harus siap resiko
menerima sakit, kecewa perih, atau kata lain yang bermakna sejenis.
Sangat wajar karena memang apa yang dapat kita harapkan dari hal-hal
yang tak sempurna?. Toh semua akan kembali ke Yang Maha Sempurna Allah
SWT. Sangatlah aneh jika makhluk yang tak sempurna mengharapkan
kesempurnaan dari hal-hal yang sama seperti manusia, yaitu
ketidaksempurnaan.
wallahu'alam bishowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar