Gak konsentrasi belajar buat ujian besok, gak nafsu makan, gak mudeng,
pikiranku entah kemana. Seperti melayang tak terarah. alasannya Cuma
satu, yaitu Abi.
Ku sadari diri ini di liputi rasa kekhawtiran yang luar biasa. Tubuhku
seperti terbungkus perasaan yang sangat membuatku tak nyaman. Dadaku
seperti di tekan batu. Dan akupun jadi jarang bicara.
“Roni sudah selesai UTS? Abi masuk rumah sakit lagi. Roni pulang yah…!”
begitulah kira-kira isi SMS dari kakaku pada sabtu pagi, 20 november
2010.
Detik itu nafasku seperti terhenti, pikiranku melayang, tubuhku terasa lemas sekali.
“Innalillahi, di rumah sakit apa ka? Nanti siang roni pulang”. Kubalas
sms kakaku dengan singkat. Tanpa berpikir panjang ku bersiap diri untuk
menuju rumah sakit.
Matahari terasa panas menyengat, ku langkahkan kakiku di iringi
bismillah. Ada rasa takut dan kekhawatiran dalam diriku,entahlah…
Sebelum masuk ke rumah sakit, ku sempatkan mampir ke sebuah masjid untuk
melaksanakan sholat Ashar dan sedikit menenangkan hatiku di sana.
Ku tengadahkan kepalaku memandang ke atas,seraya berkata.
“Duhai Allah, Engkau telah melimpahkan petunjuk-Mu kepadaku yang
hina dina ini ketika dunia dan seluruh isinya meninggalkanku.
Kelembutan-Mu adalah nikmat terindah yang tak pernah ku terima
sebelumnya.
Demi Dzat-Mu yang maha suci, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau dan Muhammad adalah utusan-Mu”.
Doa-doaku belum usai ku panjatkan, namun tiba-tiba ku merasakan ada
semangat baru yang menyusup lembut ke dalam jiwa dan sumsum tulangku,
hatiku tenang, jiwaku tiba-tiba damai. Kemudian ku berdiri dan langsung
menuju rumah sakit.
Ku masuki ruang rawat inap yang nampaknya taka sing bagiku, karena ini
bukan pertama kalinya abi di rawat di kamar ini.namun sudah yang ke-3
kalinya selama tiga bulan ini.
Ku salami Umi, abang,teteh,mpok dan dua keponakan kecilku. “aku rindu kalian” desirku dalam hati.
Ketika itu abi sedang tertidur pulas. Menurut penjelasan dari umiku,
katanya semalaman abi tidak tidur, jadi wajar kalau jam segini abi tidur
sepulas itu.
Ku dudukan tubuhku di sopa rumah sakit sambil memandang kearah abi,
namun tak lama abi terbangun. Ku lihat abi ingin bicara tapi tiba-tiba
terhenti di tenggorokan.
Dengan mata berkaca-kaca aku memandangi tubuh abi,. Inikah abiku? Inikah
abi yang dahulu ku kenal? Tapi sekarang yang ku dapati hanya tubuh
kurusnya, seperti tulang yang hanya terbungkus kulit.
Mataku berkaca-kaca kembali menebarkan pandanganku ke tubuh abi. Jiwaku
seperti remuk redam. Aku meratapi suratan takdir yang telah di gariskan
Tuhan kepada keluargaku. Aku tak kuasa menahan kesedihanku.
“Ya Allah, jadikanlah penyakit Abi sebagai amal penggugur dosa-dosa yang menggunung.
Demi Dzat-Mu yang selalu ku sembah, jadikanlah semua ini sebagai
kenikmatan yang terkira. Yaitu nikmat yang akan semakin membesarkan
cinta abi dan cintaku kepada-Mu.
Sungguh, ya Allah. Hatiku ini akan semakin sejuk dan sabar oleh
petunjuk dan kasih saying-Mu. limpahkanlah kasih dan saying-Mu kepada
Abiku.
Demi Dzat-Mu yang maha agung, Sembuhkanlah bapakku, angkatlah
penyakit yang ada didirinya. Namun jika Engkau ingin ia menemui-Mu,
ambillah..Hamba ikhlas”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar