Kamis, 16 Agustus 2012

22 - 11 - 2010

Gak konsentrasi belajar buat ujian besok, gak nafsu makan, gak mudeng, pikiranku entah kemana. Seperti melayang tak terarah. alasannya Cuma satu, yaitu Abi.
Ku sadari diri ini di liputi rasa kekhawtiran yang luar biasa. Tubuhku seperti terbungkus perasaan yang sangat membuatku tak nyaman. Dadaku seperti di tekan batu. Dan akupun jadi jarang bicara.

“Roni sudah selesai UTS? Abi masuk rumah sakit lagi. Roni pulang yah…!” begitulah kira-kira isi SMS dari kakaku pada sabtu pagi, 20 november 2010.
Detik itu nafasku seperti terhenti, pikiranku melayang, tubuhku terasa lemas sekali.
“Innalillahi, di rumah sakit apa ka? Nanti siang roni pulang”. Kubalas sms kakaku dengan singkat. Tanpa berpikir panjang ku bersiap diri untuk menuju rumah sakit.

Matahari terasa panas menyengat, ku langkahkan kakiku di iringi bismillah. Ada rasa takut dan kekhawatiran dalam diriku,entahlah…
Sebelum masuk ke rumah sakit, ku sempatkan mampir ke sebuah masjid untuk melaksanakan sholat Ashar dan sedikit menenangkan hatiku di sana.

Ku tengadahkan kepalaku memandang ke atas,seraya berkata.
“Duhai Allah, Engkau telah melimpahkan petunjuk-Mu kepadaku yang hina dina ini ketika dunia dan seluruh isinya meninggalkanku. Kelembutan-Mu adalah nikmat terindah yang tak pernah ku terima sebelumnya.
Demi Dzat-Mu yang maha suci, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau dan Muhammad adalah utusan-Mu”.

Doa-doaku belum usai ku panjatkan, namun tiba-tiba ku merasakan ada semangat baru yang menyusup lembut ke dalam jiwa dan sumsum tulangku, hatiku tenang, jiwaku tiba-tiba damai. Kemudian ku berdiri dan langsung menuju rumah sakit.

Ku masuki ruang rawat inap yang nampaknya taka sing bagiku, karena ini bukan pertama kalinya abi di rawat di kamar ini.namun sudah yang ke-3 kalinya selama tiga bulan ini.
Ku salami Umi, abang,teteh,mpok dan dua keponakan kecilku. “aku rindu kalian” desirku dalam hati.

Ketika itu abi sedang tertidur pulas. Menurut penjelasan dari umiku, katanya semalaman abi tidak tidur, jadi wajar kalau jam segini abi tidur sepulas itu.
Ku dudukan tubuhku di sopa rumah sakit sambil memandang kearah abi, namun tak lama abi terbangun. Ku lihat abi ingin bicara tapi tiba-tiba terhenti di tenggorokan.

Dengan mata berkaca-kaca aku memandangi tubuh abi,. Inikah abiku? Inikah abi yang dahulu ku kenal? Tapi sekarang yang ku dapati hanya tubuh kurusnya, seperti tulang yang hanya terbungkus kulit.
Mataku berkaca-kaca kembali menebarkan pandanganku ke tubuh abi. Jiwaku seperti remuk redam. Aku meratapi suratan takdir yang telah di gariskan Tuhan kepada keluargaku. Aku tak kuasa menahan kesedihanku.

“Ya Allah, jadikanlah penyakit Abi sebagai amal penggugur dosa-dosa yang menggunung.
Demi Dzat-Mu yang selalu ku sembah, jadikanlah semua ini sebagai kenikmatan yang terkira. Yaitu nikmat yang akan semakin membesarkan cinta abi dan cintaku kepada-Mu.
Sungguh, ya Allah. Hatiku ini akan semakin sejuk dan sabar oleh petunjuk dan kasih saying-Mu. limpahkanlah kasih dan saying-Mu kepada Abiku.
Demi Dzat-Mu yang maha agung, Sembuhkanlah bapakku, angkatlah penyakit yang ada didirinya. Namun jika Engkau ingin ia menemui-Mu, ambillah..Hamba ikhlas”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar