Kamis, 16 Agustus 2012

Solo Pos

Bismillahirrahmanirrahim
Semoga menjadi awal yang mengawali kebaikan.

Kahlil Gibran pernah berkata “ Ketika tiba saat perpisahan janganlah kalian berduka, sebab, apa yang kalian kasihi darinya mungkin akan tampak lebih nyata dari kejauhan. Seperti gunung yang tampak lebih agung terlihat dari padang & dataran”

Mata ini! Masih saja basah, sepertinya puisi tak hendak sampai ketidur tak berigau ke jaga yang bara. Aku masih ingat betul, bulan lalu, tanggal 30 Oktober 2011 untuk pertama kalinya ku injakkan kakiku di kota surakarta. Aku setengah hati datang ke kota ini. Entah apa alasannya..

Satu hari berlalu, dua, tiga, jiwaku belum seutuhnya berada di kota surakarta ini. Tapi sungguh, aku selalu berusaha untuk seutuhnya berada di sini.

Sebenarnya aku ingin menulis banyak tentang diriku, tentang teman-teman seperjuanganku yang sudah 3 tahun lebih bersama, tentang Fort De Kock, tentang UMS, UPN, Poltekes, Stikes Cirebon dan tentang seseorang yang akan aku lupakan. tapi itu semua akan ku ceritakan nanti, tidak sekarang!

26 November 2011, Di senja merah jambu, Dekan sekaligus Bapak ku & teman-temanku, meminta diriku untuk membacakan do’a sebelum kami kembali ke jakarta. Aku sempat menolaknya, tapi, aaah..

Baru saja do’a itu ku mulai, air mata sudah lebih dulu membasahi dinding pipiku. Kesedihan itu, kesedihan yang luar biasa menguasai diri. Bukannya aku lebay, bukan! Bagaimana mungkin aku tidak menangis? setelah 3 tahun lebih bersama teman-teman seperjuangan, mungkin dalam satu bulan ini aku baru bisa mengerti karakter teman-temanku satu per satu. kami menjadi bagian yang tak terpisahkan walaupun konflik tak bisa di hindari. (Semangat terus untuk Fisioterapi Esa Unggul angkatan 2008)

Mataku terus basah, ketika mengingat sahabat-sahabat baruku, Harry, Darma dan semua teman-teman dari Fort de Kock, teman-teman dari Cirebon, UMS, Poltekes, dan UPN, Air mataku untuk kebersamaan kita selama satu bulan ini.

Bagaimana mungkin matahari berkabung dalam selimut gelap, sedang tak satupun angin bersenandung, ratap perih menggema dalam kotak sunyi berduri, ingin pergi! Ingin lalui! Namun tak satupun kuda hendak bergeming, hanya diam! Tak bicara!

Mungkin satu bulan belum cukup untuk kita saling mengenal, untuk kita bersahabat, tapi percayalah, keikhlasan kita memurnikan kebersamaan kita walau hanya sebulan.

Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mau kedamaian.


Takkann pernah ku lupa kebersamaan kita. Terimakasih untuk semuanya (Sahabatku Esa Unggul, Fort de Kock, UMS, Poltekes, Stikes Cirebon, & UPN).

Perpisahan adalah kepastian
Waktu berjalan, tak bisa di mundurkan
Berjalan pelan, tak bisa dimajukan


Jangan kau sedihkan perpisahan ini, kawan! Sesungguhnya perpisahan banyak mengajarkan kita tentang kesabaran, keikhlasan, ketabahan. Tuhan bersama kita! Bersabarlah! Ikhlaslah! Dan tersenyumlah! Subhanallah.. aku tak akan pernah lupa, tak akan! Kebersamaan selama satu bulan ini sangat indah, bahkan terlalu indah!

Terimakasih semuanya.. terimakasih Allah..

Catatan ini ku buat untuk kalian semua. Semoga kita semua dapat bertemu di lain waktu. HIDUP FISIOTERAPI!

Mmmuuuaaacchhh…
Hhhhhiiiii…

Sahabat, waktu telah mengantarkan kita pada satu titik pemahaman
bahwa di dunia ini tak ada yg abadi
Kini saatnya kita harus berjalan sendiri
Melangkah mengikuti takdir yang telah tergariskan
Dalam ruang dan waktu yang berbeda
Ketika kebersamaan menjadi langka
Ketika canda tawa begitu berharga

Sahabat, semoga waktu tak membuat kita lupa
Bahwa kita pernah ada
Pernah punya cerita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar